Nostra Aetate
PAULUS USKUP
HAMBA PARA HAMBA ALLAH
BERSAMA BAPA-BAPA KONSILI SUCI
DEMI KENANGAN ABADI
PERNYATAAN TENTANG HUBUNGAN GEREJA
DENGAN AGAMA-AGAMA BUKAN KRISTIANI
1. Pendahuluan
PADA ZAMAN KITA bangsa manusia semakin erat bersatu dan hubungan-hubungan
antara pelbagai bangsa berkembang. Gereja mempertimbangkan dengan lebih cermat,
manakah hubungannya
dengan agama-agama bukan kristiani. Dalam tugasnya mengembangkan
kesatuan dan cinta kasih antarmanusia, bahkan antarbangsa, Gereja di sini
terutama mempertimbangkan manakah hal[1]
hal yang pada umumnya terdapat pada bangsa manusia, dan
yang mendorong semua untuk bersama-sama menghadapi situasi sekarang.
Sebab semua bangsa merupakan satu masyarakat, mempunyai
satu asal, sebab Allah menghendaki segenap umat manusia mendiami seluruh muka
bumi39. Semua
juga mempunyai satu tujuan terakhir, yakni Allah, ang penyelenggaraan-Nya,
bukti-bukti kebaikan-Nya dan rencana penyelamatan-Nya meliputi semua orang40, sampai
para terpilih dipersatukan dalam Kota Suci, yang akan diterangi oleh kemuliaan
Allah; di sana bangsa-bangsa akan berjalan dalam cahaya-Nya41. Dari
pelbagai agama manusia mengharapkan jawaban tentang teka-teki keadaan manusiawi
yang tersembunyi, yang seperti di masa silam, begitu pula sekarang menyentuh
hati manusia secara
mendalam: apakah manusia itu? Manakah makna dan tujuan
hidup kita? Manakah yang baik dan apakah dosa itu? Dari manakah asal
39 Lih. Kis 17:26.
40 Lih. Keb 8:1: Kis 14:17; Rom 2:6-7; 1Tim 2:4.
41 Lih. Why 21:23 dsl.Dignitatis Humanae & Nostra Aetate
Seri
Dokumen Gerejawi No. 10
25
penderitaan dan manakah tujuannya? Manakah jalan untuk memperoleh
kebahagiaan yang sejati? Apakah arti maut, pengadilan dan pembalasan sesudah
mati? Akhirnya apakah Misteri terakhir dan
tak terperikan itu,yang merangkum keberadaan kita, dan
menjadi asal serta tujuan kita?
2. Berbagai agama bukan kristiani
Sudah sejak dahulu kala hingga sekarang ini di antara
pelbagai bangsa terdapat suatu kesadaran tentang daya-kekuatan yang gaib, yang
hadir pada perjalanan sejarah dan peristiwa-peristiwa hidup manusia; bahkan
kadang-kadang ada pengakuan terhadap Kuasa ilahi yang tertinggi atau pun Bapa.
Kesadaran dan pengakuan tadi meresapi kehidupan bangsa-bangsa itu dengan
semangat religius yang mendalam. Adapun agama-agama, yang terikat pada perkembangan
kebudayaan, berusaha menanggapi masalah-masalah tadi dengan paham-paham yang
lebih rumit dan bahasa yang lebih terkembangkan. Demikianlah dalam Hinduisme
manusia menyelidiki misteri ilahi dan mengungkapkannya dengan kesuburan mitos-mitos
yang melimpah serta dengan usaha-usaha falsafah yang mendalam. Hinduisme
mencari pembebasan dari kesesakan keadaan kita, entah melalui bentuk-bentuk
hidup berulah tapa atau melalui permenungan yang mendalam, atau dengan
mengungsi kepada Allah penuh kasih dan kepercayaan. Budhisme dalam pelbagai
alirannya mengakui, bahwa dunia yang serba berubah ini sama sekali tidak
mencukupi, dan mengajarkan kepada manusia jalan untuk dengan jiwa penuh bakti
dan kepercayaan memperoleh
keadaan kebebasan yang sempurna, atau-entah dengan usaha sendiri
entah berkat bantuan dari atas – mencapai penerangan yang tertinggi. Demikian
pula agama-agama lain, yang terdapat di seluruh dunia, dengan pelbagai cara
berusaha menanggapi kegelisahan hati manusia, dengan menunjukkan berbagai
jalan, yakni ajaran-ajaran serta kaidah-kaidah hidup maupun upacara upacara
suci.
Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam
agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan
cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta Dignitatis Humanae & Nostra Aetate
Seri
Dokumen Gerejawi No. 10
26
ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari
apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan
sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang.
Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan
Kristus, yakni "jalan, kebenaran dan hidup" (Yoh 14:6); dalam Dia manusia
menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala
sesuatu dengan diri-Nya42. Maka Gereja mendorong para putranya, supaya dengan
bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para pe[1]
nganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang
iman serta perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta
kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada
mereka.
3. Agama Islam
Gereja juga menghargai umat Islam, yang menyembah Allah
satu satunya, yang hidup dan berdaulat, penuh belas kasihan dan mahakuasa,
Pencipta langit dan bumi, yang telah bersabda kepada umat manusia. Kaum
muslimin berusaha menyerahkan diri dengan segenap hati kepada
ketetapan-ketetapan Allah juga yang bersifat rahasia, seperti dahulu Abraham –
iman Islam dengan sukarela mengacu kepadanya – telah menyerahkan diri kepada
Allah.
Memang mereka tidak mengakui Yesus sebagai Allah, melainkan
menghormati-Nya sebagai Nabi. Mereka juga menghormati Maria Bunda-Nya yang
tetap perawan, dan pada saat-saat tertentu de[1]
ngan khidmat berseru kepadanya. Selain itu mereka
mendambakan hari Pengadilan, bila Allah akan mengganjar semua orang yang telah
bangkit. Maka mereka juga menjunjung tinggi kehidupan
susila, dan berbakti kepada Allah terutama dalam doa,
dengan memberi sedekah dan berpuasa.
Memang benar, di sepanjang zaman cukup sering telah timbul pertikaian
dan permusuhan antara umat Kristiani dan kaum Muslimin. Konsili suci mendorong
mereka semua, supaya melupakan yang sudah-sudah, dan dengan tulus hati melatih
diri untuk
42 Lih. 2 Kor 5:18-19.Dignitatis Humanae & Nostra Aetate
Seri
Dokumen Gerejawi No. 10
27
saling memahami, dan supaya bersama-sama membela serta mengembangkan
keadilan sosial bagi semua orang, nilai-nilai moral maupun perdamaian dan
kebebasan.
4. Agama
Yahudi
Sementara menyelami misteri Gereja, Konsili suci ini mengenangkan
ikatan rohani antara Umat Perjanjian Baru dan keturunan Abraham.
Sebab Gereja Kristus mengakui bahwa – menurut rencana ilahi
penyelamatan yang bersifat rahasia – awal mula iman serta pemilihannya sudah
terdapat pada para Bapa Bangsa, Musa dan
para Nabi. Gereja mengakui, bahwa semua orang beriman
kristiani, putra-putra Abraham dalam iman43, terangkum dalam
panggilan Bapa Bangsa itu, dan bahwa keselamatan Gereja diperlambangkan secara
misterius dalam keluarnva bangsa yang terpilih dari tanah perbudakan. Oleh
karena itu Gereja tidak dapat melupakan bahwa ia telah menerima Wahyu
Perjanjian Lama melalui bangsa itu, dan bahwa karena belas-kasihan-Nya yang tak
terhingga Allah telah
berkenan mengadakan Perjanjian Lama dengannya. Gereja tetap
ingat, bahwa ia menerima santapannya dari akar zaitun yang baik, dan bahwa
cabang-cabang zaitun yang liar, yakni
kaum kafir, telah dicangkokkan pada pohon zaitun itu44. Sebab Gereja
mengimani bahwa Kristus, Damai kita, melalui salib telah mendamaikan bangsa
Yahudi dan kaum Kafir dan telah menyatu[1]
kan keduanya dalam diri-Nya45.
Selalu pula Gereja mengenangkan kata-kata Rasul Paulus
tentang sesama sukunya: "mereka telah diangkat menjadi anak, dan telah menerima
kemuliaan, dan perjanjian, dan hukum Taurat dan
ibadah dan janji-janji; mereka keturunan para bapa leluhur,
yang menurunkan Kristus menurut daging" (Rom 9:4-5), Putra Perawan Maria.
Gereja mengingat juga bahwa dari bangsa Yahudi lahirlah
43 Lih. Gal 3:7.
44 Lih. Rom 11:17-24.
45 Lih. Ef 2:14-16.Dignitatis Humanae & Nostra Aetate
Seri
Dokumen Gerejawi No. 10
28
para Rasul, dasar dan saka guru Gereja, begitu pula amat
banyak murid pertama, yang mewartakan Injil Kristus kepada dunia. Menurut Kitab
Suci, Yerusalem tidak mengenal saat Allah melawatnya46, dan
sebagian besar orang-orang Yahudi tidak menerima Injil; bahkan banyak juga yang
menentang penyebarannya47. Tetapi, menurut Rasul, orang-orang Yahudi tetap masih
dicintai oleh Allah demi para leluhur, sebab Allah tidak menyesalkan
karunia-karunia serta panggilan-Nya48. Bersama dengan para Nabi
dan Rasul itu juga Gereja mendambakan hari yang hanya diketahui oleh Allah,
saatnya semua bangsa serentak akan menyerukan Tuhan dan "mengabdi-Nya
bahu-membahu" (Zef 3:9) 49. Maka karena sebesar itulah pusaka rohani yang diwarisi
bersama oleh umat Kristiani dan bangsa Yahudi, Konsili suci ini bermaksud mendukung
dan menganjurkan saling pengertian dan saling penghargaan antara keduanya, dan
itu terwujudkan terutama melalui studi Kitab Suci dan teologi serta dialog
persaudaraan. Meskipun para pemuka bangsa Yahudi beserta para penganut
mereka mendesakkan kematian Kristus50, namun
apa yang telah dijalankan selama Ia menderita sengsara tidak begitu saja dapat dibebankan
sebagai kesalahan kepada semua orang Yahudi yang
hidup ketika itu atau kepada orang Yahudi zaman sekarang. Walaupun
Gereja itu umat Allah yang baru, namun hendaknya orang-orang Yahudi jangan
digambarkan seolah-olah dibuang oleh
Allah atau terkutuk, seakan-akan itu dapat disimpulkan dari
Kitab Suci. Maka hendaknya semua berusaha supaya dalam berkatekese dan
mewartakan Sabda Allah jangan mengajarkan apa pun yang tidak selaras dengan
kebenaran Injil dan semangat Kristus.
46 Lih. Luk 19:44.
47 Lih. Rom 11:28.
48 Lih. Rom 11:28-29. Lih. Konstitusi dogmatis Lumen
Gentium tentang Gereja, art.
16.
49 Lih. Yes 66:23; Mzm 65:4; Rom 11:11-32.
50 Lih.Yoh 19:6.Dignitatis Humanae & Nostra Aetate
Seri
Dokumen Gerejawi No. 10
29
Selain itu Gereja, yang mengecam segala penganiayaan
terhadap siapa pun juga, mengingat pusaka warisannya bersama bangsa Yahudi.
Gereja sangat menyesalkan kebencian, penganiayaan, pun
juga unjuk-unjuk rasa antisemitisme terhadap bangsa Yahudi,
kapan pun dan oleh siapa pun itu dijalankan, terdorong bukan karena
motivasi-motivasi politik, melainkan karena cinta kasih
keagamaan menurut Injil. Kecuali itu Kristus, seperti
selalu telah dan tetap masih diyakini oleh Gereja, demi dosa-dosa semua orang
telah menanggung sengsara dan wafat-Nya dengan sukarela, karena cinta kasih-Nya
yang tiada taranya, supaya semua orang memperoleh keselamatan. Maka merupakan
tugas Gereja pewarta: memberitakan salib Kristus sebagai lambang cinta kasih
Allah terhadap semua orang dan sebagai sumber segala rahmat.
5. Persaudaraan semesta tanpa diskriminasi
Tetapi kita tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa semua
orang, bila terhadap orang-orang tertentu, yang diciptakan menurut citra kesamaan
Allah,kita tidak mau bersikap sebagai saudara. Hubungan manusia dengan Allah
Bapa dan hubungannya dengan sesama manusia saudaranya begitu erat, sehingga
Alkitab berkata: "Barangsiapa tidak mencintai, ia tidak mengenal
Allah" (1Yoh 4:8). Jadi tiadalah dasar bagi setiap teori atau praktik,
yang mengadakan pembedaan mengenai martabat manusia serta hak-hak yang bersumber
padanya antara manusia dan manusia, antara bangsa dan bangsa.
Maka Gereja mengecam setiap diskriminasi antara orang-orang
atau penganiayaan berdasarkan keturunan atau warna kulit, kondisi hidup atau
agama, sebagai berlawanan dengan semangat
Kristus. Oleh karena itu Konsili suci, mengikuti jejak para
Rasul kudus Petrus dan Paulus, meminta dengan sangat kepada umat beriman
kristiani, supaya bila ini mungkin "memelihara cara hidup
yang baik di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi" (1Ptr
2:12), dan sejauh tergantung dari mereka hidup dalam damai dengan semua Dignitatis Humanae & Nostra Aetate
Seri
Dokumen Gerejawi No. 10
30
orang51, sehingga mereka sungguh-sungguh menjadi putra Bapa di surga52. Semua
itu dan setiap hal yang diungkapkan dalam Pernyataan ini telah berkenan kepada
para Bapa Konsili suci. Adapun Kami, dengan kuasa kerasulan yang diserahkan
Kristus kepada Kami, bersama dengan para Bapa yang terhormat, mengesahkan, menetapkan
serta mengundangkannya dalam Roh Kudus. Dan Kami
memerintahkan, agar apa yang telah ditetapkan bersama dalam
Konsili ini diumumkan demi kemuliaan Allah.
Roma, di gereja Santo Petrus, tanggal 28 Oktober tahun
1965.
Aku Paulus Uskup Gereja Katolik.
Komentar
Posting Komentar