Sakramen Imamat

 

Sakramen Imamat

 

Cara hidup berkeluarga bukanlah satu-satunya pilihan hidup. Walaupun di dalam masyarakat pada umumnya hidup dalam lembaga perkawinan yang lebih banyak dipilih. Mereka memberikan hidup dan dirinya secara total kepada Tuhan untuk menjadi alat-Nya dan menjadi partner bagi Allah sendiri dalam mewartakan kerajaan Allah di dunia.

Seseorang berkenan untuk memenuhi panggilan-Nya untuk hidup selibat, bukan karena mereka tidak laku atau karena mereka tidak dapat berbuat apa-apa melainkan karena kemauan sendiri demi kerajaan Allah.

Seperti yang Jadi mereka memilih cara hidup sendiri dan tanpa paksaan tetapi atas kerelaan dan kesadarannya untuk melayani Tuhan secara penuh dipahami oleh Gereja Katolik sebagai panggilan Allah.

 Hidup imamat merupakan panggilan khusus. Panggilan khusus itu oleh Gereja Katolik dimeteraikan sebagai sakramen, yakni Sakramen Imamat yang disebut dengan Sakramen Tahbisan. untuk menggembalakan Gereja dengan Sabda dan Roh Allah.

 Sakramen Tahbisan ini melantik seseorang untuk ikut serta dalam tugas perutusan Yesus Kristus. Mereka diangkat dan diakui sebagai wakil Kristus. “Barangsiapa yang mendengar kamu, mendengar Aku” (Luk 10: 16). Mereka bertindak atas nama Kristus untuk menghadirkan Ekaristi.

  Yesus pernah berkata, “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk 22: 19).

·       Yesus juga mengutus orang-orang yang dipanggil-Nya secara khusus untuk membaptis semua orang yang percaya (lih. Mat 28: 19-20),

·       mengampuni dosa orang atas nama-Nya (lih. Yoh 20: 22), dan

·       membangun umat beriman sebagai satu tubuh (lih. Ef 4: 11-12).

 

Menjadi seorang imam adalah merupakan panggilan khusus, oleh karenanya untuk menjadi seorang imam pun ada syarat-syarat khusus yang yang harus dipenuhi. Syarat untuk menjadi seorang imam antara lain:

1) Seorang pria normal yang telah menerima inisiasi Katolik

2) Belum dan tidak akan beristri seumur hidup

3) mendapatkan pendidikan Seminari yaitu pendidikan bagi calon imam

4) Seseorang yang ingin menjadi imam harus sehat secara jasmani

dan rohani

5) Mempunyai hidup rohani yang baik serta memiliki motivasi dan

cita-cita yang kuat untuk menjadi imam

 

Kaul ketaatan, Kaul Kemiskinan, dan Kaul Kemurnian,  dijalankan dapat dijalankan secara penuh dan secara total.

Para imam memiliki tugas pokok yaitu ikut ambil bagian dalam tri tugas

Yesus sebagai raja, nabi, dan imam yaitu mengajar, menguduskan, dan

memimpin.

 

Hal ini diungkap dalam KHK Kanon 1008 yang berbunyi:

”Dengan sakramen imamat yang diadakan oleh penetapan Ilahi, seorang beriman diangkat menjadi pelayan-pelayan rohani dengan ditandai oleh materai yang tak terhapuskan, yakni dikuduskan dan ditugaskan untuk selaku pribadi Kristus Sang Kepala, menurut tingkatan masing-masing, menggembalakan umat Allah dengan melaksanakan tugas mengajar, menguduskan dan memimpin.”

 

Yohanes Maria Vianney

Di desa Dardilly tidak jauh dari kota Lion di negeri Perancis, tinggallah sebuah keluarga petani, Pierre Vianney dan istrinya yang bernama Maria Charaway.

Pada tanggal 8 Mei 1786, lahirlah putera mereka yang diberi nama Jean Marie Baptiste, yang biasa dipanggil Vianney. Pada waktu bersekolah Vianney tinggal di rumah bibinya, karena letaknya lebih dekat dengan sekolah. Vianney adalah seorang siswa yang

rajin dan giat belajar. Ia bersikap sederhana dan rela melaksanakan pekerjaan apa saja, baik di rumah maupun di sekolah.

Niatnya sejak kecil ialah menjadi imam. Maka ketika usianya mencapai 19 tahun ia masuk seminari menengah. Dengan rendah hati ia duduk bersama teman-temannya yang lebih muda dan lebih pintar dari dia. Usianya yang sudah 19 tahun itu juga membuat dia sulit menghafal bahasa Latin, sehingga ia ingin pulang ke rumah

orang tuanya. Tetapi pada saat itu ia bertemu dengan seorang imam yang sangat menaruh minat kepadanya. Imam itu bertanya kepada Vianney: “Kau mau jadi apa, nak?” Vianney diam saja. Ia malu menjawab pertanyaan itu. Maka imam itu berkata kepadanya:

“Kalau kau mau pulang, itu berarti cita-citamu hilang”. Mendengar pernyataan imam yang sangat simpatik itulah, maka Vianney membatalkan niatnya untuk pulang ke rumahnya. Ia akhirnya dapat menyelesaikan studinya di Seminari Menengah dan beberapa tahun kemudian juga menamatkan studinya di Seminari Tinggi. Ia ditahbiskan menjadi imam pada usia 29 tahun. Setelah itu ia ditugaskan menjadi pastor di kota Ars. Ars adalah sebuah kota yang sepi. Letaknya lebih kurang 30 km dari Ecully di Perancis Selatan. Pada mulanya umat di Ars kecewa melihat pastor mereka, karena P. Yohanes Vianney badannya kurus dan kecil. Namun kekecewaan umat ini tidak berlangsung lama, setelah melihat kerajinan dan keuletannya. Ia ternyata sangat dermawan, dan mendirikan banyak sekolah dan rumah sakit. Dan lebih dari itu, ternyata ia sangat ramah dan pandai mengadakan pendekatan kepada orang-orang yang telah lama tidak ke gereja dan merasa dirinya berdosa berat.

Kelemah-lembutan hatinya dalam berbicara telah membuat banyak orang terbuka hatinya kepada pertobatan dan kembali mengakukan dosa-dosa mereka. Semua nasihat dan bimbingannya di tempat pengakuan telah banyak membuat orang datang menerima Sakramen Tobat pada dia. Bahkan banyak orang dari kota lain datang menerima Sakramen Tobat dari P. Yohanes Vianney, sehingga ia sangat terkenal.

P. Yohanes Vianney juga sangat mencintai orang-orang miskin. Untuk itu ia selalu bekerja keras, sehingga makin lama badannya semakin kurus dan lemah. Biarpun begitu Vianney masih bisa bertahan duduk berjam-jam di tempat pengakuan. Karena itulah ia jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 4 Juli 1859.

Sumber: Kumpulan Cerita Romo Yos Lalu

dalam Buku Percikan Kisah Anak Manusia, Jakarta: Komkat KWI

 

Luk 22: 14-20

Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasulNya. KataNya kepada mereka, “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah. Kemudian

Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata, “Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang.” Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kataNya: “Inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata, “Cawan ini adalah adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.”

 Yoh 20: 19-23

Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka.

Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”

 Apa yang menjadi dasar dari panggilan hidup untuk menjadi seorang imam menurut teks tersebut?

b.    Apa saja tugas seorang imam menurut ketiga teks yang dipelajari?

c.     Tindakan apa yang dapat kita lakukan untuk mendukung kehidupan para imam dalam menghayati tugas dan panggilan-Nya?

d.    Berdasarkan kisah panggilan Yohanes Maria Vianney dan ketiga teks di atas, apa saja syarat untuk menjadi seorang imam?

Menjadi seorang imam merupakan sebuah panggilan yang menuntut suatu konsekuensi yaitu kesediaan untuk meninggalkan segala-galanya guna mengikuti Yesus.

 Para rasul mendapat kuasa untuk merayakan Perjamuan Tuhan dan juga mendapat kuasa untuk mengampuni dosa. Kuasa ini diteruskan oleh para penggantinya yaitu para

Uskup. Para Uskup melimpahkan kuasa ini juga kepada para imam. Jadi para imam memiliki tugas untuk merayakan perjamuan (Ekaristi) dan juga memberikan pengampunan.

 Sumber: Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti : buku guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- . Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsekuensi Pewartaan Yesus

Tugas Perutusan

Keluhuran Martabat Manusia