Materi Kelas 12 Sem 1



MATERI PEMBELAJARAN KELAS XII

PENDIDIKAN RELIGIUSITAS

1. KEADILAN
2. MEMPERJUANGKAN KEBENARAN
3. MEMPERJUANGKAN KEJUJURAN
4. MEMPERJUANGKAN PERDAMAIAN DAN PERSAUDARAAN SEJATI
5. LINGKUNGAN HIDUP YANG INDAH DAN HARMONIS
6. PERUSAKAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
SMA SANTO PAULUS SURAKARTA
2013

PELAJARAN 1 MEMPERJUANGKAN KEADILAN

KASUS-KASUS KETIDAKADILAN

1.      Kasus-Kasus Ketidakadilan
      Dalam sejarah bangsa kita, sejak zaman feodal, penjajahan Belanda. Pendudukan Jepang, kemudian pada zaman demokrasi terpimpin, dan rezim Orde Baru, rakyat kecil sering mengalami tindkan yang tidak adil. Pada zaman reformasi ini pun ketidakadilan itu tidak surut, tetap berlangsung. Ketidakadilan itu tampak nyata dalam bentuk-bentuk antara lain:
    • tindakan perampasan dan penggusuran hak milik orang, pencurian, perampokan, dan korupsi.
    • tindakan pemerasan, KKN dan rekayasa.
    • tindakan atau keengganan membayar utang, termasuk kredit macet, yang berbuntut merugikan rakyat kecil dan sebagainya.

Semua tindakan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat kita, sadar atau tidak sadar, sering tidak menghormati hak milik orang, termasuk hak milik masyarakat dan negara.

2.      Akar Masalah Ketidakadilan
Berbagai ketidakadilan yang menyengsarakan dan memiskinkan mayoritas bangsa kita lebih banyak disebabkan atas sistem dan struktur sosial, politik, ekonomi dan budaya  yang diciptakan oleh penguasa. Sistem sosial, politik dan ekonomi yang dibangun oleh penguasa dan pengusaha seringmenciptakan ketergantungan rakyat kecil. Di samping itu pembangunan ekonomi, sosial, politik dunia dewasa ini belum menciptakan kesempatan yang luas bagi ”orang-orang kecil”, tetapi justru mempersempit ruang gerak mereka untuk mengungkapkan jati dirinya secara penuh. Orang-orang kecil tetap saja menjadi orang yang tersisih dan menderita. Keadaan ini tidaklah adil.
Ada berbagai bentuk ketidakadilan, misalnya sikap dismriminatif dan tidak berperikemanusiaan terhadap kaum perempuan, pendatang/imigran. Penganiayaan karena asal-usul etnis ataupun atas dasar kesukuan yang kadang-kadang berakibat pembunuhan masal. Penganiayaan terhaadap orang-orang yang memiliki kepercayaan tertentu oleh partai-partai penguasa karena ingin mempertahankan kepercayaan yang mereka anut. Perlakuan semena-mena terhadap orang-orang dari aliran politik tertentu masih sering terjadi. Nasib orang-orang jompo, yatim piatu, orang sakit dan cacat sering tidak diperhatikan. Orang-orang ini tentu saja sangat menderita karena tidak mampu berbuat apa-apa.

3.      Keadilan Menurut Kitab Suci (Amos 5: 7 – 13)
      Keserakahan rupanya senantiasa terjadi sepanjang hidup manusia. Dalam Kitab suci diceritakan tentang orang-orang serakah, yang mendatangkan kemelaratan bagi orang lain.
      Dalam Kitab Suci (Am 1-6) diceritakan bagaimana nabi Amos tampil dipanggung sejarah Israel pada saat bangsa Israel mencapai puncak kemakmurannya sekitar tahun 750 SM. Sebagai seorang nabi, ia diutus untuk mengingatkan bangsa Israel akan kelakuan mereka yang tidak berkenan di hati Allah dan mengingatkan mereka untuk bertobat. Mereka harus membenci yang jahat dan mencintai yang baik serta menegakkan keadilan. (lih. Am. 5:15)
Situasi masyarakat atau bangsa Israel pada waktu nabi Amos tampil adalah sebagai berikut:
  • Kekayaan dikuasai oleh sekelompok kecil orang yang merusak hidup mereka sendiri.
  • Orang-orang berkuasa dan kaya menipu dan memeras orang-orang kecil.
  • Upacara keagamaan yang meriah hanya merupakan kedok unutk menutupi kejahatan. Dengan kata lain, ibadat bangsa Israel penuh dengan kepalsuan sehingga dibenci oleh Tuhan. (lih.Am. 5: 21-27)

      Nabi Amos sebagai penyambung lidah Allah selain mengecam perilaku orang Israel yang tidak berkenan kepada Allah juga menunjukkan jalan keluar yang harus ditempuh untuk menghindari hukuman Allah, yaitu: pertobatan mendasar (lih. Am.5: 4-6). Dan pada bagian akhir masa baktinya, nabi Amos menyampaikan janji keselamatan dari allah bagi sisa-sisa Israel (lih. Am.9:11-15).

MEMPERJUANGKAN KEADILAN

1.      Arti dan Makna Keadilan

Keadilan berarti memberikan kepada setiap orang yang menjadi haknya, misalnya hak untuk hidup yang wajar, hak untuk memilih agama/ kepercayaan, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk bekerja, hak untuk memlik sesuatu, hak umtuk mengeluarkan pendapat, dan sebagainya.
Keadilan menunjuk pada suatu keadaan, tuntutan dan keutamaaan.
  • Keadilan sebagai ”keadaaan” menyatakan bahwa semua pihak memperoleh apa yang menjadi hak mereka dan diperlakukan sama. Misalnya, di negara atau lembaga tertentu ada keadilan, semua orang diperlakukan secara adil (tidak pandang suku, agama, ras atau aliran tertentu).
  • Keadilan sebagai ”tuntutan”, memuntut agar keadaan adil itu diciptakan baik dengan mengambil tindakan yang diperlukan, maupun dengan menjauhkan diri dari tindakan yang tidak adil.
  • Keadilan sebagai ”keutamaan”, adalah sikap dan tekad untuk melakkan apa yang adil.

2.      Distingsi (Pembedaan) Keadilan

Kita membedakan keadilan komutatif, distributif, dan keadilan legal.
a.      Keadilan komutatif menuntut kesamaan dalam pertukaran, misalnya mengembalikan pinjaman atau jual beli yang berlaku pantas, tidak ada yang rugi.
b.      Keadilan distributif, menuntut kesamaan dalam membagikan apa yang menguntungkan dan dalam menuntut pengorbanan. Misalnya kekayaan alam dinikmati secara adil dan pengorbanan untuk pembangunan dipikul bersama-sama secara adil.
c.       Keadilan legal, menuntut kesamaan hak dan kewajiban terhadap Negara sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
      Perwujudan keadilan dalam tiga arti tersebut di atas sangat tergantung pada pribadi-pribadi yang bersangkutan. Entah mereka bersikap adil atau tidak, tetapi hal itu juga tergantung pada struktur sosial, politik dan ekonomi serta budaya dalam masyarakat seluruhnya.
d.      Perwujudan keadilan yang tergantung pada pribadi-pribadi, dapat diberi contoh misalnya: upah yang tergantung pada sang majikan untuk para karyawan atau buruh. Ini disebut keadilan individual.
e.      Perwujudan keadilan yang tergantung dari struktur dan proses politik, ekonomi, social dan budaya. Misalnya seorang buruh tidak hanya tergantung pada rasa keadilan sang majikan, tetapi juga dari situasi ekonomi dan politik yang ada. Ini disebut keadilan sosial.

3.      Keadilan adalah Dasar Masyarakat dan Negara
            Keadilan adalah keutamaan sosial yang paling mendasar. Sebab keadilan tidak hanya mengatur kehidupan orang per orang, melainkan kehidupan bersama antar-manusia. Keadilan adalah keutamaan khas manusiawi, karena dengan sadar dan sengaja (yakni dengan menggunakan akal budi dan kehendak bebas)  manusia mengakui hak orang lain, bukan hanya karena takut atau beruntung. Keadilan adalah suatu prinsip manata dan membangun masyarakat. Prinsip ini tidak jarang harus melawan kekuatan lain yang juga menyusun masyarakat, misalnya ideologi tertentu. Di mana tidak ada keadilan, maka masyarakat atau negara memiliki dasar yang mudah goyah.


4.      Landasan untuk Memperjuangkan Keadilan

Sebenarnya, baik negara maupun Gereja, telah memiliki seperangkat undang-undang dan pedoman untuk menegakkan keadilan.

  • Negara
Dalam Pembukaan UUD 1945 dikatakan bahwa menciptakan keadilan sosial merupakan salah satu tugas utama Republik Indonesia. Denan demikian, segala bentuk ketidakadilan tidak boleh dibiarkan di bumi Indonesia. Negara dan segala alat negara berkewajiban untuk menciptakan jalur-jalur dan prasarana-prasarana ekonomis, politis, sosial, dan budaya yang menjamin keadilan dan kesejahteraan bagi segenap warga Indonesia.
Tuntutan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tersebut dijabarkan dalam pasal 33 dan 34 yang menentukan bagaimana perekonomian nasional harus disusun.

  • Gereja
Gereja harus tetap mewartakan firman Tuhan yant ke tujuh, yakni perintah ”jangan mencuri”. Jangan Mencuri sesuai dengan maksud aslinya (lih. Kels 20:15 dan Ul.5:19) berarti jangan mencuri orang. Jangan menculik dan menjualnya sebagai budak. Menculik dianggap sama dengan membunuh. Merampas kebebasan seseorang sama dengan mengambil hidupnya.
Firman Tuhan yang ketujuh ini kemudian diperluas oleh Gereja menjadi ”jangan mencuri milik orang”. Mengambil milik orang itu melanggar keadilan.
Saat ini Gereja sangat prihatin terhadap masalah-masalah kediadilan sosial. Ensiklik-ensiklik para paus merupakan acuan bagi ajaran sosial Gereja, namun bukan satu-satunya. Di samping ensiklik-ensiklik itu ada pernyataan dari konferensi-konferensi para uskup yang membahas bagaimana pewartaan iman harus menanggapi tantangan khas di dunia sekarang ini. Contoh:

·         Ensiklik Rerum Novarum (Paus Leo XIII) dan Quadragessimo Anno (Paus Pius XI) antara lain berbicara tentang keadilan terhadap para buruh.
·         Ensiklik Pacem in Terris (Paus Yohanes XXIII) berbicara tentang perdamaian antara bangsa-bangsa dalam kebenaran, keadilan, dan kemerdekaan.
·         Ensiklik Popularum Progressio (Paus Paulus V) menyinggung tentang kesenjangan antara negara-negara kaya dan negara-negara miskin di dunia ini.

Dalam seluruh ajaran sosial Gereja ini secara garis besar dapat dibedakan dalam empat tema yang berkembang setapak demi setapak. Keempat tema itu tetap menunjuk pada masalah-masalah pokok keadilan yang kita hadapi dewasa ini, yakni:
  • supaya kerja dihargai dan agar semua orang dapat memperoleh nafkah yang wajar;
  • supaya hidup masyarakat dan negara ditata secara demokratis;
  • supaya diatasi kesenjangan antara hidup dalam kelimpahan dan kemiskinan yang ekstrem;
  • supaya penindasan diakhiri dan pembebasan dimajukan.

POLA PENDEKATAN MENEGAKKAN KEADILAN

Tentu saja ada banyak pola atau cara untuk memperjuangkan keadilan, antara lain sebagai berikut:
·         Pendekatan karitatif saja kiranya tidak cukup, sebab pola ini meninabobokkan kaum tertindas.
·         Pola proyek tidak manusiawi, karena kaum tertindas hanya dijadikan objek pananganan.
·         Pola yang agak lebih baik adalah pola kooperatif, bersama-sama memperjuangkan keadilan. Langkah-langkah yang harus diambil adalah:



Pertama : Orang perlu mempelajari dengan baik masalah hak-hak dasar manusia, sehingga orang dapat menentukan mana yang perlu dilindungi dan mana yang perlu ditegaskan. Keadilan merupakan suatu kenyataan yang harus diperjuangkan untuk menghadapi situasi dunia yang tampak makin tidak menentu, di mana ketidakadilan dan pemerkosaan terhadp hak-hak dasar manusia terjadi. Tidak seorangpun boleh dirampas hak-haknya, dan tidak ada orang yang boleh merampas hak orang lain, karena semua manusia adalah makhluk Tuhan yang luhur.
Kedua   : Keadilan hanya dapat diperjuangkan dengan memberdayakan mereka yang menjadi korban ketidakadilan. Tidak cukup hanya dengan karya belas kasih. Para korban ketidakadilan sendiri harus disadarkan tentang situasi yang tidak adil ini dan kemudian bangkit bersama-sama melalui berbagai usaha kooperatif untuk memperbaiki nasibnya. Dengan cara demikian, suatu struktur dan sistem sosial yang tidak adil dapat diubah.
Ketiga    : Cara bertindak yang tepat adalah dengan memberikan suatu kesaksia hidup melalui keterlibatan untuk mencapai suatu keadilan dalam diri kita sendiri terlebih dahulu. Kita harus mulai dengan diri sendiri dan lingkungan kita, misalnya dalam lingkungan Jemaat Kristiani sendiri.
Keempat:  Usaha memperjaungkan keadilan dan kesetiakawanan dengan mereka yang diperlakukan tidak adil tidak boleh dilaksanakan dengan kekerasan. Keunggulan cinta kasih dalam sejarah menarik banyak orang untuk memilih dan bertindak tanpa kekerasan melawan ketidakadilan. Bekerjasama perlu diusahakan.

Tugas untuk memperjaungkan keadilan merupakan tugas semua orang karena panggilan untuk itu dukir oleh Allah di dalam hati nurani setiap orang. Semua orang dipanggil untuk memberikan teladan hidup kepada dunia untuk mencintai dan menghargai sesama, khususnya orang kecil, miskin, tertekan, menderita, terabaikan, tersisih, dan yang tersingkir dalam masyarakat.

Evaluasi
1.      Amatilah kasus ketidakadilan yang paling menonjol di lingkunganmu!
2.      Buatlah rencana yang dapat kalian lakukan untuk menangani permasalahan ketidakadilan tersebut!



PELAJARAN 2
MEMPERJUANGKAN KEBENARAN

KEBOHONGAN

            Kebohongan memang terkesan akan membawa kenikmatan dan keberuntungan tertentu, paling tidak untuk waktu tertentu. Tetapi untuk jangka waktu yang panjang di masa depan, kebohongan akan membawa bencana. Bencana kemerosotan pribadi, karena lama-kelamaan kita akan dikenal sebagai pembohong. Bencana yang lain ialah bahwa kita akan kehilangan kepercayaan. Kita tidak akan dipercaya lagi. Pada zaman kita ini, kebiasaan berbohong dan merekayasa tumbuh subur.

1.   Bentuk-Bentuk Kebohongan

Kebohongan menunjukkan bentuk wajahnya dalam kehidupan masyarakat kita. Dapat disebut antara lain:
  • Berdusta dan saksi dusta. Berdusta berarti mengatakan yang tidak benar dengan maksud untuk menyesatkan. Dusta adalah pelanggaran paling langsung terhadap kebenaran. Berdusta berarti atau berbuat melawan kebenaran untuk menyesatkan seseorang, yang mempnyai hak untuk mengetahui kebenaran.
  • Rekayasa atau manipulasi. Rekayasa atau manipulasi berarti menyiasati atau membawa orang lain kepada suatu tujuan yang menguntungkan dirinya sendiri, yang mungkin saja orang lain mendapat rugi. Rekayasa dan manipulasi itu bersifat mengelabuhi.
  • Asal Bapak Senang (ABS). Kata-kata dan sikap manis yang dilakukan hanya sekedar untuk menyenagkan atasan, yang mungkin saja jauh dari kebenaran. Kata-kata dan sikap semacam ini hanya merupakan formalitas.
  • Fitnah dan umpatan. Fitnah dan umpatan adalah tindakan yang sangat jahat, sebab yang difitnah tidak hadir untuk membela diri. Fitnah dapat berkembang tanpa saringan.

2.      Sebab-Sebab Kebohongan
            Ada bermacam-macam alasan mengapa orang berbohong, antara lain:
  • Pertama, orang berbohong hanya sekedar iseng. Orang dapat berbohong hanya karena mau menikmati kesenangan murahan. Orang merasa senang karena orang lain tertipu.
  • Kedua, orang berbohong untuk memperoleh keuntungan tertentu. Para pedagang, misalnya, dapat berbohong, supaya mendapat untung sebesar-besarnya.
  • Ketiga, orang berbohong karena berada dalam situasi terjepit. Untuk menyelamatkan diri dari situasi terjepit, ia terpaksa berbohong.

3.      Akibat Kebohongan

  • Bagi diri sendiri
Memang terkesan bahwa kebohongan dapat membawa kenikmatan dan keberuntungan tertentu. Paling kurang untuk waktu tertentu. Tetapi untuk jangka waktu yang panjangdi masa depan, ia akan membawa bencana. Bencana kemerosotan pribadi, karena lama kelamaan kita akan dikenal sebagai pembohong. Bencana yang lain ialah bahwa kita akan kehilangan kepercayaan. Kita tidak akan dipercaya lagi.

  • Bagi orang yang dibohongi
-          Orang yang dibohongi tentu saja mendapat gambaran yang salah dan dapat bertindak fatal bagi dirinya sendiri dan mungkin saja bagiorang lain juga.
-          Orang yang dibohongi dapat masuk ke dalam komunikasi dan relasi yang semu dengan membohonginya dan mungkin juga dengan orang lain.

  • Bagi masyarakat luas
            Tindakan penipuan, rekayaasa, dan manipulasi dapat merugikan bagi masyarakat luas. Dapatkah kalian memberi contoh-contohnya?
Dusta Dan Kebenaran Menurut Kitab Suci

  • Dalam Kitab Suci, kebenaran tidak hanya berarti tidak berbohong, tetapi juga mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Allah adalah ”sumber kebenaran”, karena Allah selalu berbuat sesuai janji-Nya. Maka Allah berfirman:”Jangan bersaksi dusta”

  • Sebenarnya Kitab suci tidak berkata saksi dusta terhadap sesamamu, melainkan saksi dusta tentang sesamamu manusia, sebab perintah ini semula menyangkut kesaksian di pengadilan. Dengan kesaksian palsu, orang dicelakakan, karena ia dihukum secara tidak adil (malah dihukum mati) dan tata keadilan dijungkirbalikkan. Sebetulnya, masalahnya bukan ”bohong”, melainkan tidak adanya kepastian hukum yang dapat diandalkan. Maka dikatakan dalam Kel 23: 1-3, 6-8 demikian:

      ”Jangan menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar. Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum. Juga janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya. Janganlah engaku mempekosa hak orang miskin di antaramu dalam perkaranya. Haruslah kau jauhkan dirimu dari perkara dusta. Orang yang tidak bersalah dan orang yang benar tidak boleh kau bunuh, sebab Aku tidak akan membenarkan orang yang bersalah. Suap janganlah kau terima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang emlihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.

Semua itu diringkas dalam Ul 16:19, ”Jangan memutarbalikkan hukum; jangan memandang bulu; dan jangan menerima suap.” Inilah maksud firman kedelapan. Di muka pengadilan orang menyatakan kesetiaannya baik terhadap si terdakwa, sesama manusia, maupun terhadap masyarakat, uma Allah. Sebab dalam umat Allah, ”pengadilan adalah kepunyaan Allah” (lihat Ul 1: 17), yakni kepunyaan ”Allah yang setia dengan tiada kecurangan, adil dan benar” (lihat Ul 32:4)

  • Dalam tradisi Gereja, firman Tuhan kedelapan itu sudah ditafsirkan secara luas. Kita dilarang untuk berbohong, dalam segala bentuknya. Bagi orang Kristen, mengatakan kebenaran adalah ungkapan cinta kasih. Jujur tidak hanya berarti bicara sesuai dengan kenyataan, melainkan harus mengungkapkannya dalam semangat cinta kasih. Maka kita tidak perlu mengungkapkan semua kebenaran dengan sejujur-jujurnya tanpa memikirkan perlunya, akibatnya, dan kewajarannya. Ada kalanya kebenaran tidak perlu disebut-sebut, karena bila disebut akan berdampak buruk. Diam atau menyimpan kebenaran tidak otomatis berdusta. Orang harus menggunakan lidahnya dengan baik (bijaksana) (lih. Yak 3:1-6 atau Mat 12:36-37). Apalagi kalau kebenaran itu berhubungan dengan masalah rahasia jabatan (imam, dokter, advokat). Kebenaran tidak bolh diungkapkan kepada siapapun tanpa mempertimbangkan perlunya dan tanpa persetujuan orang yang bersangkutan.

  • Dalam Kitab Suci, kebenaran tidak hanya berarti sesuai dengan kenyataan. Menurut Kitab Suci Perjanjian Lama, kebenaran ada pada Allah, karena Allah tetap setia dan memenuhi janji-Nya. Allah adalah sumber kebenaran, karena Allah telah berbuat sesuai dengan janji-Nya.

  • Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, dikatakan bahwa Yesus adalah kebenaran. Ia dibenarkan Allah. Dengan dibangkitkan-Nya, allah menyatakan bahwa Yesus adalah orang benar. Ia adalah pewahyuan dari Allah sendiri. Orang yang percaya kepada-Nya akan selamat (ikut dibenarkan Allah). Percaya disini bukan hanya yakin bahwa Yesus itu ada dan hidup, tetapi lebih-lebih berarti mau mengandalkan hidupnya kepada Yesus serta menjalankan apa yang dikehendaki-Nya. Maka membela kebenaran berarti ikut dalam karya Allah menyelamatkan manusia. Membela kebenaran berarti juga memperjuangkan kehendak Allah dan meneladan Yesus, Sang Kebenaran sendiri. Karena iman terhadap Yesus inilah, kita berani menyampaikan pemikiran-pemikiran atau maksud kepada siapapun yang melawan cinta kasih Allah. Kita harus selalu mengatakan yang benar, walaupun mungkin dengan resiko. Yesus pernah mengatakan: ”Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak! Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat!” (Mat 5:37). Ia (iblis) adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dala dia tidak aaada keebanran. Apabila ia berkata dusta, ia berkiata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta (lih. Yoh 8:44). 



PELAJARAN 3
MEMPERJUANGKAN KEJUJURAN

KETIDAKJUJURAN DALAM  MASYARAKAT

            Kita hidup di tengah masyarakat yang penuh kebohongan. Banyak orang bersikap dan bertindak tidak jujur. Beberapa bentuk ketidakjujuran yang sering terjadi antara lain:

1.      Bentuk-Bentuk Ketidakjujuran
a.      Ketidakjujuran di bidang politik
·     Penguasa dapat bersikap curang dan korup untuk kepentingan diri dan golongan, memanipulasi undang-undang dan peraturan, menggunakan agama untuk kepentingan politik, dsb.
·     Sementara rakyat jelata yang menghadapi kekuasaan yang sewenang-wenang akan bersikap munafik, formalistik, ABS, dsb.
b.      Ketidakjujuran di bidang ekonomi
·     Penguasa dan pengusaha akan bersikap korup, membuat mark up, kredit macet, menggelapkan uang negara, menyusun proyek fiktif, dsb.
·     Rakyat berusaha untuk menyogok, bersikap ABS, menipu dsb.
c.       Ketidakjujuran di bidang budaya/ pendidikan
·     Penguasa merekayasa pendidikan, termasuk undang-undangnya.
·     Mentolerir budaya daerrah tertentu dan mendiskriditkan budaya daerah lain.
·     Rakyat dan anak didik akan bersikap formalistik, munafik, dsb.
2.      Alasan dan Akar Ketidakjujuran
  1. Alasan ketidakjujuran di bidang politik tentu saja keserakahan pada kekuasaan. Kekuasaan seperti opium, orang terdorong untuk menambahkan kekuasaan atau mempertahankannya, apapun taruhannya. Tujuan (kekuasaan) dapat menghalalkan segala cara. Sementara rakyat kecil ketidakjujuran terpaksa dilakkan demi rasa aman.
  2. Alasan ketidakjujuran di bidang ekonomi adalah keserakahan pada materi, harta, khususnya pada uang. Uang menjadi dewa baru bagi manusia zaman ini, yang sudah hanyut dalam budaya konsumerisme dan hedonisme. Uang dapat membeli apa saja, termasuk kejujuran. Sementara rakyat kecil ketidakjujuran terpaksa dibuat demi untuk mempertahankan hidup.
  3. Alasan ketidakjujuran di bidang budaya mungkin adalah demi harmonitas palsu. Orang bersopan santun hanyalah formalitas dan munafik demi harmonitas palsu itu.


3.      Akibat dari Ketidakjujuran
a.      Untuk para pelaku
  • Walapun ia hidup berkelimpahan dan senang, tetapi belum tentu bahagia.
  • Hati nurani tidak berfungsi (mati) jika ketidakjujuran dilakukan berulang-ulang.
  • Kemerosotan moral dan kepribadiannya.
  • Mungkin saja suatu saat ketidakjujuran akan terbongkar dan ia serta keluarganya akan menderita.

b.      Untuk masyarakat luas
Ketidakjujuran merupakan salah satu akar dari berbagai krisis multi dimensi, seperti yang dialami negeri kita. Karena ketidakjujuran (dan ketidakadilan), kita mengalami krisis di bidang politik/hukum, ekonomi, lingkungan hidup, dan budaya.
Pandangan Kitab Suci tentang Kejujuran

  • Lihat Mateus 23: 13-14
  • Lihat Lukas 11: 42-43
  • Lihat Mateus 23: 27-28

-          Dalam hal kejujuran, Yesus berbicara dan bersikap tegas. Yesus semasa hidup-Nya di bumi ini sangat sabar dan pemaaf.
-          Terhadap kaum munafik, Yesus sangat keras. Mengapa?
            Orang-orang yang munafik sulit sekali untuk bertobat, karena mereka sudah menganggap dirinya suci. Mereka sangat mengandalkan kesalehan, kekudusan dan kekuatannya sendiri. Mereka merasa tidak membutuhkan bantuan dan kasih karunia Allah lagi. Mereka dapat merebut keselamatan dengan kekuatan dan jasa-jasanya sendiri. Ingatlah doa orang Farisi di bait Allah itu (lih. Luk 18:9-14). Dalam doanya, orang-orang Farisi menghitung jasa-jasanya.
-          Yesus rupanya merasa bahwa lebih gampang menobatkan seorang berdosa daripada menobatkan seorang yang merasa suci.
-          Yesus menuntut kita berkata dan bersikap jujur. Ia pernah berkata:”Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak”. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat!” (lih Mat5:37)
-          Ia (iblis) adalah pembunuh manusia sejak semuladan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adlah pendusta dan bapa segala dusta (lih. Yoh 8:44).
-          Secara khusus Yesus menasihatkan kepada kita supaya kita tidak bersumpah palsu:”Kamu telah mendengarkan pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi aku berkata kepadamu, janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah tahta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kakinya, atapun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar. Janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.



KEJUJURAN

1.      Arti dan Makna Kejujuran
            Dalam kamus besar bahasa Indonesia ditulis, jujur berarti tidak curang, dan tidak berbohong. Jujur juga kerap diartikan satunya kata dengan perbuatan. Apa yang ada dalam hati sama dengan apa yang dikatakan.

Makna kejujuran dapat disebut antara lain:
a.      Kejujuran dapat menjadi modal untuk perkembangan pribadi dan kemajuan kelompok. Orang jujur akan sanggup menerima kenyataan pada diri sendiri, pada orang lain dan kelompok. Sikap ini dapat membawa banyak perkembangan pribadi dan kelompok.
b.      Kejujuran menimbulkan kepercayaan yang menjadi landasan pergaulan dan hidup bersama. Tanpa kejujuran oran tidak dapat bergaul dan hidup secara wajar.
c.       Kejujuran dapat memcahkan banyak persoalan. Baik persoalan pribadi, kelompok, masayarakat bahkan negara. Jika berpolitik secara jujur, berbudaya secara jujur, maka krisis multi dimensi dapat teratasi.

2.      Memperjuangkan Kejujuran
Untuk memperjuangkan kejujuran, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni:
a.      Kejujuran adalah suatu sikap yang tidak dapat dicapai dengan program jangka pendek yang bersifat teknis operasional belaka. Memperjuangkan kejujuran merupakan suatu gerakan moral yang menggunakan berbagai jaringan dan melibatkan sebanyak mungkin orang yang mungkin memerlukan waktu yang sangat panjang.
b.      Gerakan moral ini sungguh murni gerakan moral. Hal-hal yang mengarah kepada institusionalisasi sedapat mungkin harus dielakkan. Institusi cenderung untuk menjadi mapan dan terkotak-kotak. Gwerakan moral harus senantiasa dinamis,gampang menyesuaikan diri, terbuka dan merangkul siapa saja seperti gerakan kerajaan Allahyang dipelopori oleh Yesus Kristus sendiri. Gerakan moral ini bukan khusus Gereja Katolik.
c.       Gerakan moral jangan sekedar menjadi gerakan rohani, walaupun juga sangat dibutuhkan. Gerakan moral ini harus bermuara kepada aksi untuk pembaruan dan pembangunan masyarakat yang sejahtera dan adil.
d.      Gerakan moral boleh saja dinspirasikan dan diprakarsai dari atas,tetapi sebaiknya mulai tumbuh dan menguat dalam basis-basis umat mulai tumbuh dari akar rumput yang semakin lama semain menyebar dan meluas.
e.       Pendekatan yang dipakai hendaklah bersifat proses yang kominikatif. Metode informasi, instruksi dan pengarahan tidak terlalu mampu menghasilkan suatu gerakan moral. Gerakan moral hanya terjadi jika orang menyadari bahwa ada suatu situasi yang memprihatinkan. Menyadari situasi yang memprihatinkan akan terjadi jika orang mampu mengamati dan menganalisis situasi itu sendiri. Menyadari situasi yang memprihatinkan harus dialami dalam suatu proses yang dijalani secara bersama-sama oleh suatu kelompok, dari mana gerakan tersebut dapat muncul. Suatu gerakan moral yan otentik tidak dapat diperintahkan atau diinstruksikan, tetapi harus tumbuh dan muncul secara bebas.
f.        Gerakan moral harus mulai dari kita sendiri dan kelompok itu sendiri, jangan menunggu. Kita sendiri harus mulai dengan suatu pola hidup alternatif yang punya daya pikat, dalam hal ini hidup jujur apa pun tantangannya.




PELAJARAN 4
MEMPERJUANGKAN PERDAMAIAN DAN PERSAUDARAAN SEJATI

PERTIKAIAN DAN PERANG DI BUMI

1.      Fakta-Fakta Pertikaian dan Perang
Kita dapat menyaksikan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir ini terjadi beberapa peristiwa pertikaian dan peperangan baik yang terjadi di dalam negeri maupun di luar negeri. Pertikaian-pertikain tersebut antara lain:
·         Pertikaian yang bernuansa agama yang terjadi di Ambon dan Poso (Sulawesi Tengah). Di Ambon dan Poso ada pertikaian antara umat Kristen dan Islam. Umat yang mengaku dirinya beragama yang mestinya memperjuangkan perdamiaan nyatanya sering bertikai dan saling membunuh satu sama lain.
·         Pertikaian yang bernuansa suku yang terjadi di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah (Sampait). Terjadi pertikaian antara suku Dayak dan Melayu melawan suku Madura.
·         Di Timur Tengah juga terjadi peperangan yang tidak kunjung selesai antara Israel dan Palestina. Sudah berapa puluh ribu nyawa melayang.
·         Di Irak pada bulan Maret 2003, Amerika Serikat menyerbu Irak untuk menggulingkan Saddam Husein. Biarpun banyak negara menentang dan sebagian besar umat manusia tidak menghendaki perang, juga tokoh dunia Paus Yohanes Paulus II berusaha agar perang tidak terjadi, namun Amerika Serikat tetap menggempur Irak. Tidak ada yang dapat menghalangi, bahkan PBB sekalipun.

2.      Alasan Terjadinya Pertikaian dan Perang
Di sini hanya disebutkan bebarapa alasan besar, yang menyebabkan terjadinya pertikaian dan perang, misalnya:
·     Fanatisme agama dan suku: Fanatisme agama atau suku biasanya disebabkan oleh kepicikan dan perasaan bahwa dirinya terancam. Pertikaian dan perang karena fanatisme agama selalu berlangsung lama dan sangat kejam.
·     Sikap arogansi/angkuh: Selalu ada suku atau bangsa yang merasa diri kuat dan dapat bertindak secara sepihak dan sewenang-wenang. Misalnya, AS sering kali merasa dirinya adalah polisi bagi dunia.
·     Keserakahan: Banyak pertikaian dan perang berlatar belakang ekonomi karena ingin merebut harta karun tertentu. Demi harta dan uang, orang dapat berbuat apa saja, termasuk perang. Perang menciptakan peluang perdagangan senjata dan tekhnologi.
·     Merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak: Kadang-kadang perang terpaksa dilaksanakan untuk merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak.

  1. Akibat Pertikaian dan Perang
      Ada dua akibat besar yang ditimbulkan oleh pertikaian dan perang, yakni:
  • Kehancuran secara jasmani dan fisik: Perang menyebabkan sekian banyak orang mati, sekian banyak sarana dan prasarana hancur, sekian ekologi punah.
  • Kehancuran secara rohani: Dalam perang dapat terjadi segala kejahatan terhadap kemanusiaan. Perang menuisakan trauma dn luka perkosaan terhadap martabat dan peradaban manusia. Perang dapat saja membawa akibat yang baik tetapi sebanding dengan kehancuran yang diakibatkannya, apalagi di zaman modern ini.

  1. Kerinduan Manusia pada Perdamaian
      Perdamaian sangat penting bagi kelangsungan dan perkembangan hidup manusia. Manusia ingin mencari suatu ketenangan hidup yang memungkinkan setiap orang dapat mengembangkan dirinya dengan lebih manusiawi di dalam persaudaraan. Tidak mungkinkah manusia mewujudkan perdamaian yang pada dasarnya telah diletakkan Allah dalam hati setiap orang.
      Mewujudkan perdamaian memang memerlukan kesadaran, pengakuan, dan penghormatan terhadap martabat dan hak dasariah manusia. Perampasan terhadap hak dasariah orang lain membawa bencana yang besar. Karena itu, menghormati martabat dan hak dasariah orang lain merupakan dasar untuk mewujudkan suatu perdamaian sejati. Perdamaian tidak mungkin tercipta selama seseorang merendahkan orang lain dan saling menuding kesalahan kepada orang lain.

Kedamaian menurut Kitab Suci

1.  Perjanjian Lama
  • Kitab Suci Perjanjian Lama sering berbicara tentang Shalom. Kata shalom berarti kesejahteraan pribadi dan masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari damai berarti sehat jasmani dan kesejahteraan keluarga. Ini merupakan berkat Allah bagi seseorang dan keluarganya. Apabila damai tidak ada, maka muncul persoalan dan derita bagi orang-orang benar (lih. Ayub 3). Shalom juga mengandung makna ”Tuhan sertamu!” (lih. Hak 6:12; Mzm 129:7-8).
  • Sering dilukiskan bahwa orang-orang benar memiliki damai melimpah  (lih. Mzm 37:11-37). Ternyata damai sertamu merupakan salam umum (lih. 1 Sam 25:6) yang berlaku dalam Perjanjian Lama. Salam ini merupakan pengharapan supaya manusia memperoleh kebaikan dalam hidup.
  • Damai selalu berhubungan dengan ketiadaan cacat cela keadilan. Tampak bahwa damai dipahami dalam arti rohani (lih. Mzm 36/37). Setiap pribadi, kelompok, keluarga serta suku bangsa dapat berada dalam damai. Damai tidak hanya berupa ketiadaan perang, tetapi juga terkait dengan bahaya imanen perang  (perang menetap).
  • Damai ini berupa terciptanya suasana aman dan berada dalam rumah Tuhan (lih. 2 Sam 7:1). Tetapi jaminan lahiriah belum memadai sebagai jaminan dalam arti sesungguhnya; damai dalam arti sesungguhnya berupa persetujuan atau persesuaian dengan keteraturan batiniah, penolakan terhadap ketidakadilan. Harapan akan damai ini akan digambarkan oleh nabi Yesaya dalam kalimat: ”Mereka akan meleburkan pedangnya menjadi bajak dan tombaknya menjadi arit. Tidak ada bangsa yang menghunus pedangnya melawan bangsa lain, dan orang tidak lagi dilatih untuk berperang” (Yes 2:4).

2.      Ajaran Yesus tentang Damai
  • Yesus berkata: ”Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu” (Yoh. 14:27). Damai macam apakah yang ditinggalkan Yesus bagi kita?
  • Orang pada zaman Yesus mengharapkan damai secara politis, yakni diusirnya penjajah dari negeri mereka, sehingga tidak ada perang dan penindasan lagi. Yesus menegaskan: ”Aku bukan pembawa damai seperti yang kalian pikirkan. Aku memang pembawa damai, sebab inilah salah satu ciri khas msias sejati” (bdk. Luk 1:79). Namun, damai itu bukan semacam ketenangan murahan, damai politis, seperti yang biasanya dibayangkan orang. Yesus mengajarkan perdamian yang jauh lebih mendalam.
  • Damai yang diajarkan Yesus membersihkan dunia ini dari segala macam kejahatan dan kedurhakaan. Damai itu benar-benar damai bagi mereka yang sejiwa dengan Yesus. Damai adalah suatu pencapaian kebenaran dan hasil perjuangan serta pergulatan batin. Ini bukan damai lahiriah yang tergantung pada manusia lain, tetapi damai batiniah yang sepenuhnya berakar dalam kebenaran, yaitu di dalam diri Yesus.
  • Damai itu bukan hanya tidak ada perang atau kekacauan. Lebih dari itu, damai berarti suatu rasa ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang bersih dengan Tuhan, sesama dan dunia. Damai sejahtera yang menampakkan Kerajaan Allah.
  • Damai tidak hanya ditempatkan dalam pengertian politik atau lahiriah saja. Yesus sendiri memperingatkan kita bahwa damaiNya tidak meniadakan derita yang dijumpai para muridNya di dalam dunia. Dengan kata lain, damai harus diuji dengan derita. Damai yang dimiliki oleh para muridNya sebenarnya berasal dalam Kristus. ”Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku”(Yoh 16:33).
  • Damai Tuhan inilah yang seharusnya berada dan tinggal dalam tiaphati orang. Damai yang demikian kuatnya sehingga setiap kejahatan dibalas dengan kebaikan.” Kalau orang menampar pipi kirimu, berikanlah pula pipi kananmu” (lih. Mat 5:39). Yesus menolak setiap kekerasan dalam pewartaan-Nya.

3.      Ajaran Gereja tentang Perdamaian
  • Damai berarti situasi selamat sejahtera dalam diri manusia.
  • Perdamaian adalah keadilan.
  • Perdamaian adalah hasil tata masyarakat manusia yang haus akan keadilan yang lebih sempurna. Walaupun demikian, perdamaian tidak pernah sekali jadi, tetapi harus selalu dibangun. Perdamaian akan tercipta bila nafsu-nafsu sombong dan serakah setiap orang dikendalikan.
  • Perdamaian tidak dapat tercapai di dunia ini apabila manusia dengan rakus mengutamakan kepentingan pribadinya. Perdamaian akan terwujud bila kesejahteraan setiap pribadi terjamin dan manusia dengan penuh kepercayaan melakukan tukar-menukar jiwa dan bakatnya. Tekad yang kuat untuk menghormati martabat setiap orang dan bangsa lain merupakan syarat untuk terciptanya perdamaian. Selain itu, sikap bersaudara mutlak diperlukan untuk membangun perdamaian. Dengan demikian, perdamaian adalah buah cinta kasih. Apabila orang selalu menumbuhkan cinta kasih, maka perdamaian akan bertumbuh subur.
  • Damai merupakan kesejahteraan tertinggi yang sangat diperlukan untuk perkembangan manusia dan lembaga-lembaga kemanusiaan. Dalam hal ini mengandaikan adanya tatanan sosial yang adil dan yang menajmin ketenangan serta keamanan hidup setiap orang. Setiap orang memiliki empat relasi dasar, yaitu dengan relasi dengan Tuhan, sesama, dengan alam semesta dan dengan diri sendiri. Harmoni diantara keempat relasi tersebut sangat menetukan situasi hidup manusia.

Memperjuangkan Perdamaian dan Persaudaraan Sejati

  1. Yang dilakukan oleh Mahatma Ghandi (pemimpin moral dan spiritual India)
      Menekankan perjuangan tanpa kekerasan. Ajarannya ahimsa, yaitu falsafah pantang kekerasan yang ia kembangkan. Satyagraha adalah aksi perjuangan yang tidak memakai kekuasaan.
  1. Perjuangan Gereja untuk Menegakkan Perdamian dan Persaudaraan Sejati
      Untuk berjuang menegakkan perdamaian dan persaudaraan sejati, ada baiknya kita menempuh langkah-langkah berikut/ (langkah-langkah untuk memperjuangkan perdamian):
  • Mempelajari dengan cermat ajaran Yesus, ajaran Gereja dan ajaran/ teladan tokoh-tokoh perjuangan perdamaian seperti Ghandi tentang arti dan makna perdamaian.
  • Jadikanlah usaha menegakkan perdamaian dan persaudaraan sejati ini suatu gerakan moral (bukan indoktrinasi) dan gunakan berbagai jaringan serta libatkan sebanyak mgkin orang tanpa membedakan agama, suku/ etnis, dan ideologi.
  • Jadikanlah gerakan moral ini suatu gerakan mulai dari akar rumput.
  • Mulailah dari diri dan golngan sendiri menghayati budaya damaia dan persudaraan sejati.

PELAJARAN 5
LINGKUNGAN HIDUP YANG INDAH DAN HARMONIS

1.      Sejarah Tanah

      Menurut sejarah alam, jutaan tahun yang lalu, bola bumi kita ini pernah berbentuk dan terdiri atas bongkah-bongkah batu dan padas. Batu-batuan itu hancur sedikit-demi sedikit dalam kurun waktu jutaan tahun. Kadang-kadang terjadi proses percepatan penghancuran bongkah-bongkah batu, misalnya melalui letusan gunung berapi, gempa, benturan-benturan hebat waktu terjadi prahara di bumi ini.
      Proses penghancuran batu-batuan itu masih dapat dipercepat lagi oleh daya berat, daya paans, cahaya, udara, air dan es. Batu yang hancur mengandung zat mineral seperti Nitrogen, fosfor, dan potasiumyang memungkinkan tumbuh-umbuhan mulai hidup. Tumbuh-tumbuhan pertama yang mulai merayap di batu-batuan yang telah hancur  menjadi tanah itu adalah lumut-lumutan, kemudian tumbuhan paku-pakuan. Kemudian disusul tumbuh-tumbuhan lain yang mulai menancapkan dirinya di kulit bumi yang mulai merekah. Akar-akarnya mulai dengan rakus mencengkram, mencabik kulit bumi untuk menghisap dan menyedop zat-zat kehidupan dari bumi. Dengan demikian, proses penghancuran batu-batuan menjadi tanah makin dipercepat.
      Begitu panjang dan peliknya proses alam untuk membentuk segumpal tanah (humus) yang sekarang tinggal kita sendok di halamn rumah kita. Tanah segumpal itu telah mengalami ”sejarah hidup” selama jutaan tahun untuk menjadi tanah, seperti sekarang dapat kita injak dimanapun juga.


2.      Manfaat Tanah

a.   Tanah adalah sumber kehidupan
Tanah dalam banyak kepercayaan dan falsafah dianggap sebagai ibu yang mengandung, mencernakan, dan melahirkan berbagai unsur alam lain seperti : emas, perak, tembaga, batu bara, munyak tanah, flora, dan fauna. Segumpal tanah mengandung zat-zat mineral, gas dan bakteri-bakteri yang memungkinkan berbagai bentuk kehidupan tumbuh dan berkembang. Banyak tanaman dapat tumbuh dengan subur dan memberi hasil, walaupun kita hanya melontarkan benihnya begitu saja di atas tanah.
Kehidupan kita dalam banyak aspek sangat bergantung pada tanah. Pada waktu pemakaman jenazah seseorang yang meninggal dianjurkan agar para pengiring jenazah melemparkan sejumput tanah atau menabur sejumput bunga ke dalam lobang kubur, tempat jenazah itu dibaringkan. Kita seolah-olah dipaksa melihat ke perut bumi yang menganga untuk menyadari bahwa dari sana kita berasal dan ke sana pula kita akan kembali. Kalau kita renungkan sungguh-sungguh, sebenarnya pesan itu tidak hanya bergema pada saat kita mengantarkan jenazah orang yang meninggal, tetapi sepanjang masa kehidupan kita. Kita sesungguhnya berasal dari tanah.
Apa yang kita makan sehari-hari berasal dari tanah. Nasi, daging,  dan sayur berasal dari tanah. Badan kita dikenyangkan, diberi gizi ditumbuhkan dan dibentuk oleh semua yang berasal dari tanah. Diri kita sungguh dibentuk dari tanah. Secantik-cantiknya seorang gadis, segagah-gagahnya seorang perjaka, ia sungguh dibentuk dan dipercantik oleh Sang Ibu Tanah. Bukan sekedar simbol saja. Sampai sekarang pun Tuhan tetap membentuk diri kita dari tanah.

b.  Tanah adalah tempat tinggal 
    Tanah bukan saja menjadi sumber kehidupan, tetapi juga menjadi tempat tinggal kita. Memiliki sebidang tanah untuk dijadikan tempat tinggal yang membuat kita merasa aman dan bahagia. Seseorang yang tidak memiliki tanah akan selalu merasa asing, selalu merasakandi negeri asing. Sesudah Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, Ia menyerahkan kepada mereka sebidang tanah yang dinamakan Taman Eden (Firdaus) untuk menjadi tempat tinggal bagi mereka.
    Allah pernah menjanjikan pula sebidang tanah, sebuah Tanah Air, bagi Abraham dan seluruh keturunannya. Dengan menjanjikan dan memberikan sebidang tanah, sebuah tanah air di bumi ini, Allah ingin mendidik dan mengarahkan pandangan kita kepada Tanah Air Abadi, yakni dirinya sendiri.
c.   Tanah adalah simbol persatuan
    Kebanyakan keluarga atau suku memiliki sebidang tanah atau lebih. Tanah itu mungkin diwariskan oleh ayah ibu atau leluhur kita yang mereka peroleh sebagai warisan, jual beli, perkawinan, atau direbut melalui perang dan pertumpahan darah. Dalam tanah itu pula para leluhur kita dikuburkan, sehingga antara kita dan tanah sudah tumbuh semacam iktan batin yang mendalam. Tanah bukan saja membangun ikatan batin dengan kita, tetapi tanah juga membangun ikatan batin dengan sesama kita dalam keluarga atau suku. Oleh sebab itu, kita sering mempertahankannya mati-matian tanah warisan leluhur apapun taruhannya. Tanah warisan leluhur itu sering kita beri nama yang merupakan nama kebanggaan kita bersama.

MANFAAT FLORA (TUMBUH-TUMBUHAN)

1.  Hutan membantu manusia untuk bernafas
2.  Hutan mengatur suhu udara
3.  Hutan mendatangkan hujan
4.  Hutan menjadi tempat tinggal margasatwa
5.  Hutan menyimpan air
6.  Hutan melindungi tanah

MANFAAT FAUNA (MARGASATWA)

1.  Manfaat fauna bagi manusia
2.  Manfaat fauna bagi sesama fauna
3.  Manfaat fauna bagi flora
4.  Manfaat fauna bagi tanah

LINGKUNGAN HIDUP dalam TERANG KITAB SUCI

Kisah Penciptaan (Kejadian 1: 1-24)
Kisah penciptaan yang penuh simbolik di atas hanya akan mengatakan dua pesan pokok:
1.  Segala sesuatu berasal dari Allah, langsung atau tidak langsung. Sejalan dengan teori evolusi, kita harus mengatakan bahwa betapa ajaibnya dari unsusr alam yang amat sederhana (entah apa namanya). Allah telah menuntunnya untuk berkembang sampai tercipta alam dan lingkungan hidup yang sedemikian indah, harmonis dan ajaib.
2.  Semua yang tercipta (ciptaan Allah selalu aktual) adalah baik, seperti yang telah kita renungkan sampai saat ini.


PELAJARAN 6
PERUSAKAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Lingkungan hidup manusia luas sekali, maka bentuk dan sebab pencemaran dan perusakannya pun banyak pula.

1.      Macam-Macam Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

a.       Pencemaran dan perusakan tanah
·         Tanah diracuni oleh pestisida, minyak bekas, dan semua jenis limbah pabrik yang dibuang sembarangan.
·         Tanah menjadi kritis dan tidak subur karena erosi yang disebabkan oleh penggundulan hutan.

b.       Pembabatan dan perusakan hutan (flora)
·         Banyak pepohonan dan tanaman digusur demi perluasan lahan pertanian, kota, pabrik, tempat rekreasi (lapangan golf), dan jalan secara tidak bertanggung jawab.
·         Banyak hutan ditebang untuk perusahaan kertas, kayu lapis, bangunan dan sebagainya.

c.       Pemusnahan fauna
·         Banyak jenis hewan dan satwa mulai berkurang karena nafsu manusia untuk berburu dan sport.
·         Banyak jenis binatang terancam punah, karena diburu untuk diambil bulunya, kulitnya, tanduknya, gadingnya, keindahan bentuk dan bunyinya (hobi).

d.      Pencemaran air dan laut
·         Air minum dicemari bahan kimia yang beracun dan deterjen dari rumah tangga, bengkel, pabrik, pestisida pertanian.
·         Air laut dikotori oleh minyak dan bahan kimiawi yang dibawa oleh sungai dari kota-kota raksasa, daerah industri dan kapl-kapal.

e.       Pencemaran udara
·         Udara dicemari oleh asap beracun dari mobil dan corong pabrik.
·         Udara menjadi bau busuk karena timbunan sampah dan pembuangan kotoran serta air limbah pabrik.

2.      Sebab Utama Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
a.       Manusia
      Sebab utama pencemaran dan perusakan lingkungan adalah manusia.
·         Manusia yang belum menyadari akibat-akibat dari tindakannya.
·         Manusia yang serakah, yang memburu keuntungannya sendiri.
·          Manusia yang memboroskan sumber alam, karena merasa diri sebagai tuan atas lingkungan sekitarnya.
·         Manusia yang tidak mau bertanggung jawab untuk mahkluk lain dan generasi yang akan datang.

b.       Kepadatan penduduk dan kemiskinan
      Kepadatan penduduk dan kemiskinan dapat mendorong orang mengeksploitasi sumber alam untuk mempertahankan hidup mereka. Di mana ada kepadatan penduduk, apalagi kalau penduduknya miskin, maka mudah terjadi pencemaran lingkungan dan pemanfaatan sumber alam sekitar yang sering tidak bertanggung jawab.

c.       Pandangan yang keliru tentang pembangunan, kesejahteraan, dan hidup modern.
      Banyak orang berpikir untuk hidup sejahtera dan modern harus dilimpahi dengan berbagai sarana dan asesoris yang serba bersifat material. Pembangunan identik dengan gedung-gedung pencakar langit jalan-jalan lebar, beton-beton yang pasif, pabrik-pabrik dsb. Keutuhan ekologi dan hidup yang tenteram dan ramah lingkungan tidak masuk dalam kategori kesejahteraan dan modernitas. Nilai keunikan lingkungan, kesejarahan, arsitektur tua, dan arkeologi dikorbankan begitu saja demi alasan ekonomis dan pembangunan. Desa, kota dan daerah semakin kehilangan identitas. Semua menjadi modern, tetapi tanpa wajah.

Komentar

  1. makasih bgt..... sangat membantu

    BalasHapus
  2. Makasih .. ini sangat membantu didalam kelangsunga pembelajaran agama kami di sekolah

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. materi yg bab perkawinan ada linknya kak?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsekuensi Pewartaan Yesus

Tugas Perutusan

Keluhuran Martabat Manusia